Andai Saja Semua Orang Mampu Berobat Dengan Baik Ketika Sakit

Oleh: - 31 Januari 2020  |

Instagram

Tenaga Medis
Tenaga Medis (medak.at)

Beberapa hari lalu seorang kawan lama memposting sebuah pertanyaan menarik di Instagram Stories. “Apa yang bikin kalian pengen kaya raya?”, begitulah pertanyaan yang tertulis pada story akun Instagram kawan. Entah kenapa saya tidak perlu berpikir lama dalam menjawab pertanyaan seperti itu. Jawaban yang langsung muncul begitu saja di kepala saya adalah, “Agar bisa berobat dengan baik bila kita atau orang-orang terdekat diberi cobaan penyakit berat”.

Memang sejak lama saya selalu melihat kesehatan di atas segalanya, hal paling penting dari apa pun di dunia ini ya itu, kesehatan. Ketika nikmat sehat telah hilang atau penyakit berat tetiba datang, manusia tidak bisa apa-apa selain berikhtiar untuk mengobati penyakitnya. Sebuah penyakit tak jarang membuat seseorang harus meninggalkan dunia ini, seorang anak harus meninggalkan ayah dan ibunya, atau sebaliknya, ayah atau ibu yang harus pergi meninggalkan anak-anaknya lantaran sakit.

Langsung berobat tanpa ditunda-tunda adalah sebuah langkah bijak ketika penyakit datang. Sayangnya untuk berobat kadang tidak gratis. Eh, bukan kadang, tapi malah seringnya memang tidak gratis. Saya paling tidak sepakat ketika ada yang bilang penyakit tertentu, misal penyakit A adalah penyakitnya orang-orang kaya. Sementara penyakit B adalah penyakitnya orang-orang susah atau kurang mampu. Faktanya penyakit apa pun datang tidak mengenal latar belakang ekonomi.

Baca juga:

Juni 2019 silam, mantan ibu negara meninggal dunia setelah melalui rangkaian pengobatan di Singapura. Dalam benak saya waktu itu muncul pemikiran seperti ini, “Seorang keluarga mantan presiden yang boleh dibilang punya budget pengobatan unlimited saja tetap kalah ketika penyakit datang, bagaimana dengan keluarga dengan latar belakang biasa saja atau yang miskin. Bagaimana dengan para penderita penyakit yang terpaksa menunda pengobatan ketika penyakit datang lantaran keterbatasan dana?”

Kenapa Ingin Kaya Raya
Kenapa Ingin Kaya Raya (dok. pribadi)

Saya sendiri meyakini keluarga mantan presiden kala itu bisa ikhlas mendapati kepergian orang tercinta. Pasalnya, segala upaya telah dikerahkan, mulai dari pengobatan yang tak ditunda-tunda, pemilihan dokter dan rumah sakit terbaik tentu juga sudah dilakukan. Ketika segala upaya terbaik telah dilakukan, namun tetap tak bisa menyelamatkan nyawa, manusia bisa apa. Beda cerita ketika salah satu orang terdekat meninggal karena penyakit di saat ia belum mendapatkan pengobatan yang baik, atau lebih parah malah belum sempat berobat.

Ketika pemerintah mewajibkan seluruh warganya ikut BPJS, senang sekali mendengarnya. Sering saya dapati kisah positif pasien pengguna BPJS, saya pun termasuk orang yang punya pengalaman positif itu. Sayangnya kisah negatif pasien BPJS pun tidak sedikit, misal pasien yang tetap harus keluar banyak uang karena ada beberapa obat atau penanganan khusus yang tak ditanggung BPJS. Ada juga yang keburu penyakitnya makin parah atau meninggal karena antrian penanganan/operasi begitu panjang untuk pasien BPJS.

Lorong Rumah Sakit
Lorong Rumah Sakit (definitivehc.com)

Setiap membaca artikel atau menonton video perkembangan teknologi pengobatan, ada perasaan senang sekaligus sedih. Senang karena manusia semakin hebat dalam membuat obat atau mengobati penyakit. Sedihnya karena teknologi-teknologi pengobatan terbaru yang super canggih dan sakti mandraguna itu biasanya akan sangat lama jadi produk/pelayanan massal dengan biaya murah, tak jarang lebih dari satu siklus umur manusia. Nunggu untuk jadi produk/pelayanan massal saja sangat lama, itu juga belum tentu langsung murah saat tiba nanti.

Namun demikian, saya percaya hari itu akan tiba. Hari dimana si kaya dan si miskin sama-sama bisa berobat di rumah sakit terbaik dengan penanganan para dokter-dokter jempolan serta obat-obatan yang mujarab. Tak ada lagi orangtua yang menyesali kehidupan miskinnya ketika sang putra/putri meninggal karena tak sempat mendapat pengobatan atas sakit yang dideritanya. Pun sebaliknya, tak ada lagi anak yang menyesali kondisi keuangannya tatkala ia gagal memberikan pengobatan yang baik untuk ayah atau ibu yang sedang sakit.

Sungguh indah ketika kelak semua orang dilihat sama atau setara di mata dokter, obat-obatan, dan rumah sakit. Masa dimana tak perlu terobsesi untuk jadi kaya raya ketika ingin menyelamatkan nyawa orang-orang tercinta. Zaman dimana enggak perlu lagi menunggu lama antrian penanganan/operasi terhadap orang-orang terdekat yang sedang sakit berat ketika hanya bisa mengandalkan BPJS. Mungkin memang benar itu semua belum akan terjadi di garis waktu hidup kita saat ini, tapi setidaknya akan terwujud dalam kehidupan anak cucu kita kelak.

Berita Terkait.

6 Komentar

  1. Miftah
    31 Januari 2020 @21:08:24

    Aku berhenti merokok juga karena hal-hal semacam itu bang. Biaya berobat makin mahal.

    Reply

    • Yos Beda
      1 Februari 2020 @05:19:54

      Kalau saya ya mirip2 juga alasannya. Tapi yang lebih dominan alasan berhenti ngrokok karena masih banyak hal yang ingin saya pelajari atau nikmati, hehehe

      Reply

  2. Bima
    31 Januari 2020 @22:46:01

    Tos mas yos. saya juga org yg mrasa trbantu bpjs..

    Reply

    • Yos Beda
      1 Februari 2020 @05:16:52

      Sip.. sip.. sio.. *salaman

      Reply

  3. Rita andrianti
    1 Februari 2020 @18:03:29

    bner kta org kshatan mahal hrganya.. hrus jga kshatan dgn baik kak

    Reply

    • Yos Beda
      2 Februari 2020 @05:45:18

      Iya begitulah kak 🙂

      Reply

Tinggalkan Balasan