Bintitan, Diplopia, Myasthenia Gravis, dan Lari yang Kembali Digiatkan

Oleh: - 9 November 2017  |

Instagram

Olahraga dan Orang Sakit
Olahraga dan Orang Sakit (dok. pribadi)

Tiga bulan silam, mata kanan saya terkena bintitan, sebuah penyakit ringan yang kata orang memalukan atau bahkan dianggap seperti aib. Bagaimana enggak malu terkena bintitan kalau penyakit ini, dulu diidentikan dengan “hukuman alam” untuk para pria yang suka mengintip gadis-gadis mandi, pfft!!!. Kalau seperti itu, bagaimana kalau yang bintitan itu cewek? apa itu cewek ngintip pria-pria mandi! Dasar peoples jaman past.

Selang dua minggu kemudian, saya sembuh dari bintitan dan berpikir masalah selesai. Dugaan saya ternyata salah, sekira 10 hari pasca bintitan, pandangan saya mendadak agak kabur. Awalnya saya tidak bisa mendeteksi apa yang salah dari pandangan saya, namun belakangan saya menyadari saya terkena diplopia (double vision) di mata kanan yang pernah kena bintitan beberapa hari sebelumnya. Buat aktivitas harian sih normal-normal saja, cuma pas baca buku, ponsel, atau layar monitor, huruf-hurufnya jadi berganda atas-bawah.

Lima hari setelah pandangan kabur tersebut, saya memeriksakan mata ke dokter spesialis mata. Diagnosa awal, dokter menduga mata saya kena astigmatisme (silindris). Namun dia tidak menyarankan saya pakai kacamata lantaran baru lima hari mengalami gejala tersebut dan juga dugaan bintitan sebelumnya punya andil pada double vision yang saya alami. Dokter hanya memberikan obat oral (lupa namanya) dan tetes mata polosan putih yang saya duga adalah Cendo Xitrol.

Sepulang dari dokter mata, saya mencari informasi lebih lengkap tentang apa itu diplopia. Saya terkejut ketika mendapati banyak artikel menghubungkan diplopia dengan sebuah penyakit yang namanya sangat cantik tapi dampaknya sungguh tidak cantik, Myasthenia Gravis (MG). Sangat panjang apa itu Myasthenia Gravis bila saya tulis di sini. Salah satu efek yang bikin saya parno dari MG adalah untuk sekadar berjalan 10 meter saja sudah kelelahan.

Baca juga:

Dada dan persendian saya lemas usai membaca artikel-artikel tersebut, bukan lemas karena saya 100% menderita MG ya, tapi lemas karena merasa ketakutan sendiri. Banyak pikiran-pikiran negatif berputar di kepala seperti, “Bagaimana bila saya terkena MG dan tidak bisa pecicilan lagi?” Meskipun beberapa tahun belakangan terbilang kurang gerak, hahaha, pada dasanya saya adalah orang yang “kakean polah” (Jawa: banyak gerak) dalam arti dan aksi yang sebenarnya.

Sejak kecil saya biasa berlari kemana-mana, ke rumah teman berlari, pulang/berangkat sekolah berlari, ke TPA berlari, ke warung disuruh emak beli minyak tanah berlari, bahkan waktu SMP saya salah satu sprinter tercepat di sekolah. Mendapati fakta penderita MG akan kelelahan walau hanya bejalan 10 meter, tentu saja ini horor sekali. Tak menunggu lama, saya lalu membeli beberapa baju dan celana olahraga. Untuk sepatu, saya masih punya beberapa sepatu olahraga dan futsal yang biasa saya pakai bersama teman-teman kantor dulu.

Keesokan harinya, saya akhirnya berolahraga lari lagi setelah absen lebih dari tiga tahun, wkwkwkw. Di sini ujian dimulai, sanggupkah saya melewati 1000 meter pertama? mengingat saya sudah menganggap diri saya suspect MG. Oiya, rute pertama yang saya lalui cuma pendek,4,2km. Pagi itu semua berjalan lancar, saya bisa menyelesaikan 4,2km itu tanpa rasa lelah yang berlebihan. Meski tidak langsung bisa diartikan saya bukan suspect MG lagi, rasanya lega sekali bila melihat beberapa jam sebelumnya saya ketakutan setengah mati dengan MG.

Aktivitas lari itu pun berlanjut hingga sekarang. Hingga postingan ini saya tulis, Kamis,9 November 2017, tidak terasa sudah hampir dua bulan saya berlari setiap hari. Tercatat hanya empat kali saya tidak lari, itu juga bukan karena sakit atau malas, namun karena harus menginap di kos adik saya lantaran ada keperluan. Diplopia yang saya alami juga sudah sembuh pasca kembali berolahraga, saya sudah bisa membaca dan menulis dengan sangat nyaman lagi.

Postingan ini sebenarnya memalukan, kembali berolahraga kok hanya karena takut sakit. Sama memalukannya ketika mendadak rajin ibadah hanya karena takut siksa neraka. Menurut saya, idealnya itu berolahraga sebagai manifestasi rasa syukur atas nikmat sehat dan nafas hidup yang masih diberikan Tuhan sampai sekarang. Meski sampai saat ini rasa takut pada penyakit itu tetap ada, saya akan belajar mencintai olahraga sebagai wujud syukur saya, insya Allah.

Kalaupun diplopia saya ke depan kambuh atau bahkan kemungkinan terburuk, saya benar-benar terkena MG, insya Allah tidak ada hal yang perlu saya sesali lagi. Pasalnya, saya sudah mencoba dan berusaha untuk hidup sehat dan berolahraga lagi. Meminjam sepanggal lirik lagu Fix You-nya Coldplay, “if you never try you’ll never know” atau lagu Tak Pernah Ternilai-nya Last Child “setidaknya diriku pernah berjuang”, itu!

Oiya, saya tidak banyak dokumentasi foto atau video ketika berlari lagi. Sama seperti beberapa tahun silam, saya tidak pernah membawa gadget ketika berolahraga. Selain itu, sebelumnya saya juga tidak pernah berpikir untuk menuliskan pengalaman ini. Boro-boro mau foto saat lari, wong di kepala yang ada cuma pikiran negatif, entar ngga bisa ini, itu dll. Akhir kata, semoga saya, anda, dan orang-orang terdekat kita selalu sehat ya.

Berita Terkait.

16 Komentar

  1. Kamtiyono
    9 November 2017 @16:30:00

    Boro-boro dokumentasi, wing udah takut kalau sampai kenapa-napa sementara belum sempat nikah. ???

    Reply

    • Yos Beda
      11 November 2017 @06:35:24

      Hahahaha.. komentarmu sungguh greget mas. Jadi pengin ngasih gelas dan payung cantik. 😀

      Reply

  2. lexus888
    10 November 2017 @15:19:03

    Terima kasih ya, infonya sangat bermanfaat!
    Baru dengar nama penyakitnya.

    Reply

  3. Qbelet Pamas
    11 November 2017 @02:37:46

    Aku sepakat dengan penulis, nama penyakitnya benar-benar cantik, hahaha..

    Reply

    • Yos Beda
      11 November 2017 @06:41:18

      Ya begitulah kak.. 😀

      Reply

  4. Nisa Ayu
    11 November 2017 @06:38:55

    Turut senang mas yos, yang ditakutkan akhirnya tidak terjadi ya.

    Reply

  5. rena
    17 November 2017 @11:00:22

    Menginspirasi sekali mas tulisannya

    Reply

    • Yos Beda
      20 November 2017 @07:42:32

      Terima kasih.. terima kasih.. 🙂

      Reply

  6. Rudy Kurniawan
    20 November 2017 @00:06:04

    Aamiin semoga kita selalu diberikan kesehatan…tulisan yg sangat menginspirasi mas…memang dgn rajin berolahraga akan membuat tubuh lebih sehat dan imunitas kita jadi lebih baik..terimakasih.

    Reply

    • Yos Beda
      20 November 2017 @07:43:18

      Amiin mas, semoga kita semua selalu diberikan nikmat sehat.. ?

      Reply

  7. Luki
    20 November 2017 @08:11:18

    Hello! Perkenalkan, saya dari tim kumpulbagi. Apakah Anda berencana untuk mengoleksi files menggunakan hosting yang baru?
    Jika ya, silahkan kunjungi website kami kbagi.com atau facebook.com/kumpulbagi.

    Reply

  8. ibrahim
    10 Desember 2017 @22:50:37

    Saya salah sapenderitaana kolesterol mas dan setelah olahraga rutin kolesterol saya normal. Jadi menurut saya olahraga memang kunci kesehatan

    Reply

  9. Surya Adhi
    27 September 2018 @11:56:28

    bintitan? kalau di daerahku namanya timbilen, wkwkwkwk 😀

    Reply

Tinggalkan Balasan