Mereka Mengenalnya Sebagai Ibu, Saya Mengenalnya Selayaknya Tuhan

Oleh: - 21 Desember 2013  |

Instagram

saya dan ibu saya
saya dan ibu saya (dok. pribadi)

Tangis adalah bahasa pertama yang diucapkan manusia saat terlahir ke dunia. Ketika bayi menangis, yang bisa menenangkannya hanyalah Ibunya, wanita yang dipilih Tuhan sebagai ‘jalan’ anak manusia hadir dunia. Di mata seorang Ibu, anak adalah harta terbesar yang telah dianugerahkan Tuhan padanya, itu yang sering dikatakan Ibu pada saya dan adik saya. Sepanjang 26 tahun saya menghirup udara di planet hijau nan indah ini, tak ada kasih dan sayang yang tulus melebihi kasih dan sayang seorang Ibu kepada putra-putrinya.

Tak hanya cinta dan kasih yang sanggup diberikan seorang Ibu pada anaknya, seorang ibu rela berkorban demi anaknya. Contoh kecilnya mungkin bisa dilihat saat kita masih kecil dulu. Saat kecil, kita pasti punya banyak keinginan khas anak-anak dan kepada Ibu biasanya kita meminta. Ibu pun biasanya akan memberikan apa yang kita minta, meski tak jarang keinginan sang anak itu berseberangan dengan keinginan seorang ibu. Sebagai wanita normal, tentu seorang Ibu juga punya keinginan, seperti ingin menabung, ingin membeli perhiasan, ingin menghemat, dan lain-lain. Di situlah pengorbanan ibu akan terlihat nyata.

Saya bersyukur, masih bisa bertemu Ibu seminggu sekali karena saya bekerja dan kos tak jauh dari kampung halaman, hanya satu jam perjalanan dari rumah. Ada hal-hal kecil yang ibu lakukan setiap saya pulang akhir pekan yang menurut saya luar biasa. Saat saya pulang, ibu kadang masih menyisihkan makanan untuk saya, walau hanya makanan ringan, buah-buahan, dan sejenisnya. Yang saya tangkap dari maksud ibu, mungkin beliau ingin menyeimbangkan apa yang diberikan ke adik dan apa yang diberikan ke saya, walau jujur tak jadi soal buat saya tentang apa yang ibu berikan.

Ibu dan Bapak
Ibu dan Bapak (dok. pribadi)

Sekitar 3-5 tahun lalu, saat masih kuliah, saya pernah sedikit merasa ‘malu’ atas kedekatan hubungan saya dengan ibu, apalagi saya seorang anak laki-laki, pikir saya saat itu. Namun sekarang, saya merasa bahwa rasa ‘malu’ saya dulu itu adalah hal terbodoh yang pernah saya lakukan sepanjang hidup saya. Mendapati Ibu yang penuh cinta kasih dan sehat sampai sekerang merupakan anugerah yang besar, banyak saudara-saudara kita yang ibunya telah tiada atau bahkan tak merasakan kasih sayang seorang ibu sepanjang hidupnya.

Baca juga:

Memang, paradigma yang ada di masyarakat kita menganggap seorang laki-laki yang dekat dengan Ibunya biasanya kurang mandiri. Saya pastikan itu salah besar! setidaknya bila berkaca pada diri saya. Saya merasa cukup mandiri, sejak 7 tahun silam, saya ibaratnya sudah tak tinggal dengan orang tua, hanya beberapa minggu sekali pulang. Lalu 4 tahun ke belakang, saya merasakan nikmatanya bekerja hingga kadang bisa memberikan sedikit rejeki lebih untuk Ibu dan juga nenek di rumah. Saya pikir itu cukup untuk menjelaskan bahwa laki-laki yang sangat dekat dengan ibunya itu bisa mandiri!

Melihat ketulusan, kasih, sayang, dan pengorbanan seorang Ibu, tak ubahnya saya melihat sifat-sifat Tuhan yang termanifestasi dalam sosok Ibu. Rasanya tak berlebihan bila saya menganggap Ibu selayaknya Tuhan. Salah satu cara mengenal Tuhan adalah dengan melihat dan mengagumi segala ciptaanya, baik yang bernyawa maupun tak bernyawa. Bagi seorang anak seperti saya, sosok Ibu mungkin adalah makhluk Tuhan yang paling sempurna. Kesempurnaan mutlak menjadi milik Tuhan dan secuil kesempurnaan Tuhan itu ada di level manusia, yaitu Ibu.

Ibu dan saya
Ibu dan saya (dok. pribadi)

Setiap orang mempunyai metode kontrol moral yang beragam atas dirinya, sebagian orang selalu berkata “Ingat Tuhan” setiap akan melakukan tindakan-tindakan negatif dan itu kadang terbukti ampuh mencegah perilaku negatifnya. Semantara itu, saya punya metode yang hampir sama, bisa ditebak? iyap betul sekali! “Ingat Ibu,” itulah kata sakti ketika saya beberapa kali kepikiran untuk beperilaku curang atau tercela dalam hidup. Alhamdulillah, dengan mengingat Ibu saya bisa lebih terkontrol dalam berperilaku.

Ibu mana yang ikhlas putra-putrinya menjadi pribadi yang curang, Ibu mana yang ridho melihat putra-putrinya menjadi orang yang hanya menimbulkan kemudaratan bagi sesama atau sekitarnya. Melihat hal tersebut, tentu akan indah dunia ini bila saya, anda, atau kita semua selalu mengingat Ibu kita dalam berperilaku. Tatanan peradaban manusia yang baik untuk anak cucu kita kelak bukan lah jadi mimpi di siang bolong lagi saat kesaktian seorang Ibu disadari betul oleh semua orang. Sekali lagi, saya makin yakin bahwa Tuhan pun rela ketika kita melihat Ibu sebagai diriNya.

Kamu sesat amat Yos, mana boleh menyerupakan Tuhan dengan apapun! iya, saya tahu di dalam Islam, kepercayaan yang saya anut, sebuah dosa besar ketika menyamakan Allah SWT dengan apapun. Ketika frase “Ibu selayaknya Tuhan” langsung ditelan mentah-mentah, memang nampak seperti sebuah kesesatan. Di sini saya berpegang bahwa dalam agama yang saya anut, Ibu itu derajatnya sungguh tinggi, bahkan sangat tinggi di samping derajat seorang anak yatim. Menurut saya wajar bila mendapati wanita yang begitu sempurna menjalankan perananya sebagai seorang Ibu, kemudian saya melihat sosok Tuhan ada pada dirinya.

Sampai detik ini, ketika tulisan ini saya tulis, saya masih berpandangan ada Tuhan di setiap apapun di semesta ini. Aku, kamu, kita, bahkan string, materi pembentuk alam semesta di teori dawai yang terkenal itu ada Tuhan juga, karena semua hal di dunia ini berawal dari yang Satu (singular). Apakah maksud kamu kita semua adalah Tuhan? ngga gitu juga kali sob, ngga akan pernah ada yang bisa setara dengan Tuhan. Ketika saya melihat Tuhan ada pada diri seseorang, ada pada gunung, ada pada bintang, lantas tak menjadikan orang, gunung, dan bintang tersebut jadi Tuhan. Saya melihatnya sebagai manifestasi dari keagungan Tuhan, hingga saya mengenalnya selayaknya Tuhan, pun demikian saat saya melihat Ibu.

Dilahirkan dari rahim seorang wanita hebat, itulah yang menjadi alasan saya untuk selalu bersyukur sepanjang waktu. Bahkan hal tersebut lah yang membuat saya kurang begitu tertarik lagi ihwal dosa-pahala atau surga dan neraka. Yang saya tahu dan saya kerjakan saat ini hanya memuji dan menjalankan ibadah kepada Dia sebagai wujud syukur tiada tara saya atas limpahan nikmat dan rahmatNya dalam bentuk seorang Ibu seperti Ibu saya saat ini. Selamat Hari Ibu, semoga Ibu saya, anda dan kita semua selalu diberikan nikmat sehat hingga bisa melihat kita para putra dan putrinya menjadi orang sukses kelak.

Yos Beda – 21/12/2013

Berita Terkait.

63 Komentar

  1. Informasi Berita Terbaru
    21 Mei 2014 @11:46:14

    sangat memberikan inspirasi artikelnya,…. sukses selalu buat adminya

    Reply

  2. Harga Hp Android
    26 Mei 2014 @11:10:59

    Ibu ialah wakil tuhan… selalu menyayangi ibu sampai kapanpun…

    Reply

  3. Harga Hp Android
    2 Juni 2014 @03:21:59

    makasih atas infonya bang admin… salam kenal

    Reply

  4. Desain Rumah Minimalis
    6 Juli 2014 @04:29:14

    sangat menginspirasi mas, terimakasih ya mas atas informasinya

    Reply

  5. Nugik
    10 Oktober 2014 @15:19:38

    mom is my hero…
    nice posting…

    Reply

  6. Ahmed Tsar
    14 November 2014 @10:29:36

    yup, ibu bagai Tuhan, itulah ujian sesunggunya anak, saya setuju..

    Alasannya, ketika anak kecil, melihat sosok ibu itu sempurna sebagi pengush dan segalanya. ketika anak semakin dewas, seringkali anak melihat ibu bukan lagi sempurna tapi apa adanya yg manusiawi punya salah juga, disnilah ujian apakah masih menganggap Ibu itu bagai Tuhan yang terus dihormati, disyukuri dan memberi berkah

    Reply

  7. era bola
    11 April 2015 @03:00:07

    ibu itu segalanya, karena dialah yang mengorbankan nyawanya untuk kehidupan kita (anaknya)

    Reply

  8. oto varia
    11 April 2015 @03:01:40

    bener mas, ibu itu selain menjadi bagian hidup kita, juga sebagai orang yang iklas merawat kita

    Reply

Tinggalkan Balasan