Doa dan Harapan Untuk Anak-anak Imigran Dalam Drama Pencari Suaka

Oleh: - 12 Februari 2014  |

Instagram

Seorang imigran dan anaknya saat berada dalam sekoci
Seorang imigran dan anaknya saat berada dalam sekoci (ABC News)

Tepat seminggu lalu, Rabu,5 Februari 2014, sebuah kapal sekoci yang berisikan 34 imigran gelap asal Iran, Bangladesh, dan Nepal diamankan aparat keamanan di Pantai Barat Pangandaran. Mendengar berita semacam ini bukanlah hal yang begitu asing di telinga saya, namun ketika saya membaca kronologi bagaimana mereka sampai terdampar di pantai pengandaran membuat hati saya sedikit teriris, terlebih ketika saya melihat video detik-detik saat ke-34 imigran ini terombang-ambing di laut.

Berdasar pengakuan Alom,23, imigran asal Banglades, yang dilansir dari Indopos, Jumat,7 Februari 2014,34 imigran ini berangkat pada 29 Januari 2014 dari Bogor menuju Pulau Christmas, Australia. Sekitar 10 hari berlalu, meraka sampai di Pulau Christmas dan seperti kisah-kisah sebelumnya, setibanya di tempat tersebut, pihak Australia tidak mau menerima mereka. Hal buruk tak berhenti sampai di situ, kapal yang mereka tumpangi dari Indonesia dengan begitu kejam dihancurkan oleh pihak berwenang Australia.

Para imigran yang telah sampai di perairan Australia tersebut dikumpulkan di pulau Christmas hingga beberapa hari. Masih dari penuturan Alom, di hari ke-5 mereka dibawa menggunakan kapal perang menujut tengah laut untuk selanjutnya dipindahkan ke sebuah sekoci. Saat di sekoci itu mereka diberikan sebuah peta dan perbekalan seadanya lalu ditinggalkan begitu saja. Maksud dari angkatan laut meninggalkan mereka di tengah lautan agar para imigran gelap itu bisa kembali ke perairan Indonesia.

Sampai di sini saya masih belum menemukan sisi ‘menyayat hati’ dari cerita ini. Semua menjadi menyedihkan ketika saya mendapati bahwa dari ke-34 imigran yang dibiarkan terkatung-katung di tengah laut tersebut dua di antaranya adalah anak-anak, yaitu Yaitu Abdola yang berusia 4 tahun dan Odiyeh yang baru berusia 18 bulan. Hati saya menangis bila ingat ada dua orang anak terombang-ambing dalam sebuah sekoci di tengah lautan. Mereka tak tahu kapan dirinya dan ayah ibunya sampai ke daratan lagi, tak tahu kapan dia bisa hidup normal lagi seperti anak-anak lain.

Benar, sekoci yang diberikan Australia secara gratis tersebut tahan badai. Benar juga, salah satu di antara mereka pasti ada yang sedikit mengerti lautan. Tapi sejauh mana kemampuannya? dan juga perbekalan yang mereka miliki akan bertahan sampai kapan? Jujur saya kurang begitu tahu soal bagaimana keadaan di laut dan bagaimana navigasi sebuah sekoci. Namun dengan nalar sederhana saya, bila saja mereka terlambat beberapa hari sampai di daratan berikutnya, apa yang akan dimakan oleh anak-anak dan orang tuanya yang kelaparan tersebut.

Baca juga:

Di dunia yang semakin sekarat ini saya masih bisa memaklumi ketika para lelaki dewasa berperang demi memperebutkan apa yang diinginkanya. Tapi sungguh logika saya buntu untuk bisa mengerti dan memahami bagaimana seorang dewasa bisa membiarkan anak-anak ikut terombang-ambing di tengah lautan. Teganya mereka membiarkan manusia-manusia kecil polos ini ikut berjudi atas nyawanya di laut. Tiadakah senyum dan tawa mereka, para manusia-manusia kecil yang belum mengenal benci itu bisa meluluhkan hati kalian, tak bisakah kalian memulangkan mereka dengan cara yang lebih manusiawi?

Imigran saat ditampung di hotel Linggajaya, Tasikmalaya
Imigran saat ditampung di hotel Linggajaya, Tasikmalaya – TEMPO/Prima MuliaPrima Mulia

Mendengar langkah tanggap yang dilakukan pemerintah kita lewat Kantor Imigrasi Tasikmalaya saya lega, dimana para pencari suaka ini diberi makan yang layak, pakaian yang pantas, dan pelayanan kesehatan yang baik. Tak hanya itu saja, pemerintah dikabarkan membuka wacana untuk menjadikan Pulau Sumba Jadi Pulau Imigran. Terlepas adanya pro kontra, hal itu adalah langkah mulia yang dilakukan Indonesia.

Tak jadi soal ketika berita terbaru menyebutkan bahwa 11 dari 34 imigran yang diselamatkan tersebut kabur, yang pasti kita bangsa Indonesia sudah memberikan yang terbaik untuk mereka. Saya yakini doa mereka para imigran pada bangsa ini juga baik. Untuk adik-adik kecil di seluruh dunia yang sedang menjadi bagian dalam drama pencari suaka, doa kakak menyertai kalian, semoga masa anak-anak kalian yang indah segera terwujud, Aamiin!

Referensi:

  1. http://www.pikiran-rakyat.com/node/268885
  2. http://www.indopos.co.id/2014/02/dikembalikan-ke-indonesia-pakai-kapal-kapsul.html#.UvlgrPmSySo
  3. http://www.beritasatu.com/nusantara/164861-imigrasi-evakuasi-34-imigran-gelap-di-pangandaran.html
  4. http://news.detik.com/read/2014/02/06/160849/2489390/10/kisah-sedih-imigran-dan-asal-muasal-sekoci-keren-yang-ditumpanginya
  5. http://www.tempo.co/read/news/2014/02/10/058552751/11-Imigran-Usiran-Australia-Kabur-dari-Hotel
  6. http://www.tempo.co/read/news/2014/02/09/058552465/Imigrasi-Siapkan-Pulau-Sumba-Jadi-Pulau-Imigran

Berita Terkait.

30 Komentar

  1. Hanif Mahaldi
    12 Februari 2014 @16:41:39

    kasihan mas yos, sempet lihat di tv, bapaknya bilang mereka hanya meminta ham mereka, setidaknya diberikan berpekalan atau kapal yg layak kembali ke indonesia, tapi hanya dikasi sekoci. wih2, sampai tanyangan dari pejabat australi mereka tidak akan mau menolerir hal itu. Tapi ya adalah ya dikasi hati bagi mereka. :'(

    Reply

    • Yos Beda
      12 Februari 2014 @20:31:08

      Saya aja jujur hampir nangis mas waktu pertama kali lihat beritanya, setelah lihat berkali-kali jadi nangis beneran saya melihat video bapak dan anaknya waktu dalam sekoci itu :'(

      Reply

  2. Naufal
    12 Februari 2014 @17:22:59

    Terombang-ambing di tengah laut hanya menggunakan skoci, kasian sekali, mengerti betapa mengerikan nya lautan seperti di film Life Of Pie :'(

    Reply

    • Yos Beda
      12 Februari 2014 @20:39:16

      Iya mas Naufal, sedih kalau ingat di antara mereka yang teombang-ambing di tengah lautan itu adalah anak-anak :'(

      Reply

  3. ririn
    12 Februari 2014 @19:16:59

    kasihan juga ya kak para anak-anak imigran. Harus ada perhatian khusus nih dari pemerintah agar mereka juga nyaman tinggal di negara kita 🙂

    Reply

    • Yos Beda
      12 Februari 2014 @20:39:56

      Iya semoga bangsa kita, bangsa yang besar dan ramah ini bisa menjadi rumah yang hangat bagi sesama manusia dari bangsa yang berbeda 🙂

      Reply

  4. Ibrahim Sukman
    12 Februari 2014 @20:42:45

    yang sampai hari ini saya belum paham betul adalah, kenapa mereka mencari suaka?

    Reply

    • Yos Beda
      12 Februari 2014 @21:20:41

      Mereka mencari suaka rata-rata karen akeadaan negeraranya yan gkuran gkondusif mas, biasanya karena keamana atau daerah konflik gitu seperti afganistan atau iraq.

      Reply

  5. joe
    12 Februari 2014 @21:23:17

    seharusnya lembaga PBB UNHCR yang berwenang mengurusi masalah ini

    Reply

    • Yos Beda
      12 Februari 2014 @21:30:37

      Di beberapa kasus memang kinerja UNHCR terlihat mas, namun ada beberapa ‘drama’ pencari suaka yang terlewat juga penangananya, seperti kasus di atas :'(

      Reply

  6. Kisah Foto
    12 Februari 2014 @23:35:12

    Wah sekoci melawan keganasan ombak samudera Hindia… kasihan sekali 🙁

    Reply

    • Yos Beda
      14 Februari 2014 @06:10:18

      Iya mas, kasihan banget, saya sedih kalau inget mereka 🙁

      Reply

  7. syaiful
    13 Februari 2014 @00:04:41

    Imigran seperti ini yang bisa menampung cuma ya Indonesia. Australia cemen, mereka itu ya bawahannya Inggris sama aja kayak tetangga kita, Malaysia. Namanya perang ya gitu, Yos, apalagi kalau yang dimaksud adalah perang militer. Kalau perang ekonomi, tekhnologi,budaya, dll, ngefeknya secara fisik memang sedikit, tapi dampaknya juga besar. Perang sudah pasti Yos, karena masalah ideologi. Perbedaan Ideologi sudah pasti menghasilkan perang, jadi baiknya gimana? 🙂

    Reply

    • Yos Beda
      14 Februari 2014 @06:12:34

      iya mas, perang itu walau banyak mudaratnya tapi kadang ngga bisa dihindari, dan anak-anak beserta para ibunya yang menjadi korban malahan, semoga dunia ini semakin damai kedepannya 🙂

      Reply

  8. indra
    13 Februari 2014 @10:08:03

    terharu banget..

    Reply

    • Yos Beda
      14 Februari 2014 @06:13:00

      iya mas Indra, mengharukan banget 🙁

      Reply

  9. ndop
    15 Februari 2014 @16:19:38

    Harusnya peraturan peraturan itu kalau dalam keadaan mendesak, diabaikan saja, ikuti aturan hati nurani, ya kayak kasus di atas itu. Kasian.

    Reply

    • Yos Beda
      15 Februari 2014 @16:34:50

      Iya mas ndop, kadang peraturan-peraturan yang terlalu kaku malah ‘mengekang’ nilai-nilai kemanusiaan 🙁

      Reply

  10. asmie
    23 Februari 2014 @15:34:29

    Amin.. amin.. ya rabbal al amin…
    Asmie juga ikut berdoa yang sama dengan Mas Yos Beda.
    Dunia ini semakin hari semakin kejam, pasti ada alasan yang kuat buat para imigran tersebut untuk meninggalkan tanah kelahiran mereka, salah satunya adalah peperangan. Semoga mereka menemukan hidup baru yang lebih baik, dan semoga memang pemerintah Indonesia segera dapat merealisasikan wacana Pulau Sumba tersebut.

    Reply

Tinggalkan Balasan