Saudara-Saudara Kita yang Lagi Belajar Puasa Jangan Dinyinyirin Ya

Oleh: - 26 Juli 2012  |

Instagram

Gadis Cilik Berjilbab
Gadis Cilik Berjilbab (lovelyladylaura.tumblr.com)

“Saya lagi puasa, hormati saya ya, jangan makan di depan saya!” tak asing dengan kalimat barusan? apa yang akan anda jawab jika mendapatkan keluhan semacam itu? Sebagaian orang yang saya amati beberapa hari ini akan menjawab, “puasa jangan manja dong!” “puasa jangan jadikan alasan dong” dan nyinyiran-nyinyiran lain yang jujur membuat saya sedikit prihatin. Saya sendiri melihat masih banyak lho saudara-saudara muslim kita yang  masih ‘belajar’ menjalankan ibadah puasa, perlu diketahui tak semua orang bisa langsung bermental baja ketika berpuasa? Termasuk saya sendiri, hehe

Saya melihat ssudara-saudara muslim yang masih belajar berpuasa itu tak ubahnya seperti anak TK atau anak SD, semua butuh proses, kita harus bisa memberikan kompensasi/toleransi tertentu pada saudara-saudara kita yang seperti ini, mungkin ada sebagaian dari anda bertanya, kok udah gede masih disebut belajar puasa? Ya karena ngga semua orang itu mulai memasuki ‘jalan yang lurus’ dan terang secara bersamaan, ada sebagian yang sejak kecil sudah berjalan di ‘jalan yang lurus’ ada pula yang baru ketika menganjak dewasa baru mulai berjalan di jalan yang lurus.

Dari alasan di atas itulah saya termasuk orang yang sangat sepakat ketika banyak warung makan tutup di siang hari dan pemblokiran situs dewasa semakin ketat saat ramadhan. “Ah itu cuma alasan saja, kalau mentalnya bagus dan otaknya ngga ngeres pasti ngga jadi soal”, sering saya mendengar jawaban seperti barusan, mungkin mereka belum faham jika upaya-upaya tersebut adalah untuk memudahkan bagi saudara-saudara kita yang baru belajar? dan juga kita jika harus melihat keberagaman tingkat pendidikan saudara-saudara muslim kita, mental yang bagus biasanya berbanding lurus dengan tingkat pendidikanya.

Memang benar puasa tak bisa kita jadikan alasan untuk bermalas-malasan atau manja, tapi sebelumnya kita juga harus lihat dan bisa menakar ilmu orang yang mengeluh ketika berpuasa tersebut, seperti saya bilang di paragraf sebelumnya, ngga fair kan kalau kita marah pada anak TK hanya karena ngga bisa menyelesaikian soal perkalian 3 angka. Seseorang yang baru belajar beribadah seperti ibadah puasa biasanya belum bisa menemukan ritme yang pas, seperti halnya sebuah musik, ketika ritme yang dibangun masih berantakan sebuah musik tak akan terdengar indah, malah terdengar kacau.

Baca juga:

Sekali lagi saya tegaskan disini saya bukan bermaksud mencari pembenaran atas apa yang biasa dikeluhakn orang ketika sedang berpuasa ya, saya hanya ingin menekankan saja bahwa tak masalah ibadah puasa diindonesia ini seperti sekarang ini yang seakan sperti dipermudah, dengan begitu pasti saudara-saudara muslim kita akan merenung, beribadah dipermudah seperti ini kok masih malas-malasan, bagaimana dengan ibadah saudara muslim dibelahan bumi yang lain yang tak seberuntung kita di Indonesia.

Lu dari tada ceramah melulu yos, puasa lu sendiri bagaimana? lancar? alhamdulillah di hari ke tujuh ini puasa saya lancar-lancar saja, sempat di awal puasa seorang teman agnostik bertanya pada saya, yos puasa buat apa? apa hanya sekedar ikut-ikutan? kemudian saya jawab, ini bukan soal ikut-ikutan, kewajiban, pahala, atau surga-neraka, jikalau dengan duduk bersila saja bisa buat hati dan jiwa saya tenang tentu saya akan melakukanya, namun kenyataan yang berlaku di diri saya puasa lah yang bisa membuat hati dan jiwa saya tenang, dan memang semua itu harus melewati tahap pembelajaran, dan akan sangat bijak jika kita bisa menghargai dan menoleransi orang yang baru belajar.

Yos Beda – 26/7/2014

Berita Terkait.

33 Komentar

  1. applausr
    26 Juli 2012 @17:53:21

    saya suka pemikiran itu,… belajar puasa memang perlu waktu… karena dari situ proses pendewasaannya… semoga cepat belajarnya sehingga bisa ikut sama teman teman yang sudah dewasa….

    Reply

    • Yos Beda
      27 Juli 2012 @08:57:18

      iya mas, semua itu memang butuh proses 🙂

      Reply

  2. iskandaria
    27 Juli 2012 @06:31:49

    Pada dasarnya saya sangat tidak setuju dengan penutupan warung-warung saat siang hari di bulan Ramadhan. Alasannya ya kalau emang iman kita kuat, ngapain takut ama warung dan gak bakalan bisa tergoda hanya karena ada warung makan yang buka di siang hari.

    Lagian, justru dengan adanya godaan itulah, pahala puasa bisa lebih besar. Kalau semuanya serba mudah dan serba minim godaan, nilai puasanya juga standar aja.

    Ini yang harus dipahami oleh teman-teman yang suka menuntut penutupan warung makan atau kafe-kafe di siang hari pada bulan ramadhan. Kalau suasana puasa di Jepang malahan beda atau kebalik.

    Di Jepang, orang yang berpuasa yang harus menghormati mereka yang tidak berpuasa. Sumber:
    httxxx://junantoherdiawan.com/2012/01/01/puasa-di-jepang-hormati-yang-tidak-puasa/

    Nah, kalau di Indonesia kebanyakan mungkin terlalu manja dan minta dihormati. Tapi betul juga sih kalau ternyata kebanyakan puasanya masih taraf baru belajar. Harusnya dengan suasana yang lebih mudah dari di luar negeri, puasa orang Indonesia bisa lebih meningkat kualitasnya.

    Reply

    • Yos Beda
      27 Juli 2012 @08:56:59

      iya sih mas, memang bagi orang yg sudah terbiasa dan tergembleng sejak kecil akan bermental baja ketika menjalanlan ibadah puasa, saya sendiri mengambil contoh dr rumah sendiri kok, ibu saya termasuk muslimah yg taat mungkin tak jd masalah ketika berpuasa tak dipermudah sperti pendapatmu diatas,

      lain soal ketika berbicara mengenai ayah saya yg agak agnostik kalau saya bilang wlo mungkin beliau tak menyadari, jika suatu hari ayah saya puasa jg tentu akan sangat tersiksa ketika tak deberiakn kemudahan dan sedikit toleransi, dan saya yakin pribadi2 seperti ayah saya lebih banyak juumalahnya drpd sosok2 sperti ibu saya :(,

      fyi: ayah saya seingat saya belum pernah berpuasa 🙂

      oiya, satu lagi soal pahala, sperti saya sebutkan di paragraf terakhir postingan ini, bahwa pahala “bagi saya” bukan lah hal yang utama, bahkan surga dan neraka 🙂

      Reply

  3. ardisragen
    27 Juli 2012 @10:52:34

    klo nyinyirnya via blog boleh kakak ? #eh , hahahaha daripada nyinyir mending #ilmuberbagi ya ga ? 🙂

    Reply

    • Yos Beda
      28 Juli 2012 @09:08:08

      betul sekali kaka, mari berbagi ilmu saja dari pada nyinyir tiada henti :p

      Reply

  4. HeruLS
    27 Juli 2012 @14:03:18

    Menjelang puasa, biasanya tema ceramah selalu tentang makna puasa. Pernah dengar?

    Itu tentang sebuah ibadah yg hanya pelakunya yg tahu. Ingat?

    Reply

    • Yos Beda
      28 Juli 2012 @09:10:13

      iya mas pernah dengar, sayapun memaknai puasa seperti yang saya tuliskan di paragraf terakhir

      “bukan soal ikut-ikutan, kewajiban, pahala, atau surga-neraka, jikalau dengan duduk bersila saja bisa buat hati dan jiwa saya tenang tentu saya akan melakukanya, namun kenyataan yang berlaku di diri saya puasa lah yang bisa membuat hati dan jiwa saya tenang”

      mungkin makna puasa bisa berbeda dengan setiap orang, dan situlah kita bisa melihat indahnya keberagaman 🙂

      Reply

  5. obat diabetes melitus
    27 Juli 2012 @16:30:51

    tidak ada yang instan semuanya butuh proses,,^^

    Reply

  6. farizalfa
    27 Juli 2012 @22:44:20

    Alhamdulilllah puasanya mas juga lancar ya…
    Begitulah manusia mas.. semakin dipermudah, semakin malas..

    Reply

    • Yos Beda
      28 Juli 2012 @09:26:47

      iya mas, semoga banyak sodara-sodara mulim kita yang tambah dewasa dalam beribadah

      Reply

  7. ke2nai
    28 Juli 2012 @00:17:50

    saling menghargai aja kl kata sy.. yg sedang berpuasa, jgn marah2 dulu kl ada yg sliweran org gak berpuasa.. anggap aja melatih kesabaran kita juga..

    yg gak berpuasa ya sebaiknya menghormati yg berpuasa juga 🙂

    Reply

    • Yos Beda
      28 Juli 2012 @09:27:18

      yap, kata kuncinya saling menghormati dengan cara yang baik

      Reply

  8. dHaNy
    28 Juli 2012 @07:50:45

    Yang jelas ada angin besar untuk beribadah lebih baik kuantitas maupun kualitas di bulan Ramadhan ini…
    Alhamdulilah lancar semoga sampai ujung ramadhan tetap diberi kekuatan dan semoga puasa kita diterima dan langsung mendapatkan predikat takwa itu.. #Ustadz

    Reply

  9. WHIZ
    28 Juli 2012 @09:35:29

    Sulit untuk kita berpuasa sebagaimana puasanya orang Sufi. Namun demikian ya hany untuk pembelajaran dan mencerdaskan arti toleransi tidak ada salahnya kesemua itu dilaksanakan.

    Reply

    • Yos Beda
      28 Juli 2012 @09:39:51

      waahahahaha, mas orang pertama yg bisa nangkep paragraf terakhir saya 🙂
      saya sendiri juga belum bisa kok mas beribadah seperti saodara-sodara kita sufi, yang hanya berdasarkan kecintaanya kepada Sang Pencipta
      kalau saya bisanya cuma seperti lagunya d’masiv “aku hidup di dunia ingin tenang baik-baik saja” 🙂

      Reply

  10. jamil
    28 Juli 2012 @16:02:24

    mungkin perlu dibedakan antara menghormati “bulan” puasa dan menghormati “orang” puasa.
    menurut saya(1): sementara ini yang terjadi adalah dalam konteks menghormati bulan puasa, lokalisasi ditutup sementara,warung juga demikian,dsb.seperti ibadah “nyepi” di bali..semua..sepi..setelah itu normal kembali.
    menurut saya(2): kalo belajar puasa sebaiknya tidak di bulan puasa tetapi di hari lain mis: senin-kamis , di hari biasa ini warung buka, cafe buka,kantin buka, lokalisasi buka. mau coba?

    Reply

    • Yos Beda
      29 Juli 2012 @10:42:16

      iya benar sekali kedua hal trsebut memang beda konteksnya, menghormati “bulan” puasa dan menghormati “orang” puasa,
      dari penjelasan mas jamil di poin 1 saya bisa nangkep, tapi kok poin 2 bukan penjelasan malah saran ya, hehehe
      belajar puasa bagi orang awam di bulan selain puasa (puasa senin kemis) menurut saya tak ubahnya menyuruh anak TK (orang awam) mengejarkan soal fisika anak SMA,
      kenapa bisa begitu? iklim puasa selain di bulan puasa sangat berat bagi orang yang baru belajar.

      Reply

Tinggalkan Balasan