Ketika Lelaki Lajang Ini Berbagi Perspektif Tentang Poligami

Oleh: - 11 Agustus 2012  |

Instagram

Wanita Berkerudung
Wanita Berkerudung (telecoms.com)

Tiga hari lalu saya membaca berita di sebuah media online tentang pelawak kiwil yang akan bercerai dengan istri keduanya. Selang sehari kemudian, saya terhenyak ketika membaca berita tentang Dik Doank yang memutuskan untuk menikah lagi. Membaca berita dua pelakon dunia hiburan tanah air tersebut menggelitik saya untuk ikut berbicara mengenai poligami. Pada tulisan saya kali ini, saya ingin berbagi pandangan saya terhadap poligami.

Berasal dari kata Yunani kuno polys=banyak dan gamos=menikah, frasa poligami terdengar begitu imut. Apalagi memliki pelafalan yang hampir mirip dengan origami, seni  tradisional melipat kertas yang sangat populer di negeri sakura. Apa ngga unyu tuh, hehe. Tapi apakah benar poligami adalah sesuatu yang unyu? Bagi wanita, poligami (dipoligami) adalah sebuah mimpi terburuk di hidupnya, bahkan sebagaian orang menganggap poligami tak ubahnya meligitimasi tirani, dominasi, dan perbudakan kaum laki-laki terhadap wanita.

Apakah benar bahwa  poligamu itu sesuatu yang mengerikan? bisa iya bisa juga tidak, tergantung siapa pribadi yang menjalankan poligami itu. Poligami sepanjang yang saya tahu bukanlah suatu perkara yang mudah, bahkan mungkin lebih sulit dari rumus matematika E8 @^%$#^&%$. Dalam pandangan saya, selain Sang Nabi, tidak seorang pun di dunia ini yang bisa berpoligami dengan “benar (adil)”. “Benar” disini memang masih debatable, perdebatan yang sebenarnya berakar dari makna “adil” yang sangat absurd dan subyektif.

Sepanjang perjalan umat manusia sejak Sang Nabi tiada hingga kini telah terjadi pedebatan panjang tentang poligami. Ada yang pro, ada juga yang kontra. Secara mudah pun bisa ditebak bahwa kaum wanita khususnya para feminis ada di baris terdepan penentang poligami. Namun hal tersebut tidak berlaku sebaliknya. Walau poligami memang kenyataanya banyak menguntungkan kamu laki-laki, tak sedikit penentang poligami dari kaum lelaki, termasuk saya tentunya.

“Dan jika kamu khawatir tidak dapat berbuat adil terhadap anak-anak atau perempuan yatim (jika kamu mengawininya), maka kawinlah dengan perempuan lain yang menyenangkan hatimu; dua, tiga, atau empat. Jika kamu khawatir tidak dapat berbuat adil (terhadap istri yang terbilang), maka kawinilah seorang saja, atau ambillah budak perempuan kamu. Demikian ini agar kamu lebih dekat untuk tidak berbuat aniaya” (An-Nisa` 3).

Sejujurnya ilmu saya masih dangkal jika harus turut berdebat dasar pemikiran para pendukung poligami dan penentang poligami yaitu QS. An Nissa (4):3. Maka itu, sebenarnya saya sedikit ragu ketika harus menampilan potongan ayat di atas. Takut bila hanya memancing kita dalam perdebatan panjang yang tidak berkesudahan. Saya lebih nyaman menjadikan apa yang saya alami dari rumah sebagai dasar pemikiran atau pandangan saya tentang poligami.

Dari siapa kita mendapatkan pelajaran untuk pertama kalinya? Tentu dari orangtua. Dengan kata lain, dari rumahlah kita pertama kali mendapatkan ilmu. Saya besar dengan kasih sayang orang tua yang cukup, seperti seri tulisan-tulisan saya sebelumnya yang menggabarkan betapa dekat saya denga ibu saya. Dari kedekatan saya dengan ibu itulah saya bisa mengerti bagaimana jalan pikiran seorang wanita khususnya seorang Ibu. Dari ibu saya dapati fakta  bahwa tak ada wanita di dunia ini yang ingin dipoligami.

Baca juga:

Berangkat dari fakta yang saya temukan dari rumah menjadi alasan saya menolak poligami, selain faktor itu ada juga faktor lainya, misal saya lebih banyak mendapati contoh-contoh poligami yang lebih banyak mudaratnya daripada maslahatnya. Banyak contoh-contoh kegagalan orang dalam berpoligami yang saya temui. Bahkan Aa Gym, salah satu da’i yang saya kagumi, terbilang gagal dalam berpoligami. Suatu perkara yang dibangun dengan fondasi pribadi-pribadi yang tersakiti dalam pandangan saya tak akan barokah dan tidak akan baik untuk ke depan.

Kenapa bisa seperti ini? Bukankah di Al-Quran sangat jelas ada ayat yang mengatur tentang poligami? Sang Nabi pun juga berpoligami kan? Kenapa Tuhan menurunkan ayat tentang poligami jika banyak mudharatnya ketimbang maslahatnya? Iya, memang benar di Alquran berbicara tentang poligami, begitu pula Rasulullah pun berpoligami. Dari situlah saya semakin yakin akan kualitas junjungan saya Nabi Besar Muhammad SAW. Walau dengan ‘kepayahan’ Sang nabi mampu berpoligami dengan semestinya. bagaimana dengan kita yang bukan manusia pilihan? mampukah???

 “Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam melakukan pembagian (di antara istri-istrinya) dan beliau berlaku adil, dan beliau berdo’a : ‘Ya Allah inilah pembagianku menurut kemampuanku, maka janganlah Engkau mencercaku di dalam hal yang mampu Engkau lakukan dan aku tidak mampu melakukannya”.[Diriwayatkan oleh Abu Daud, At-Timidzi, An-Nasa’i, Ibnu Majah dan dinilai Shahih oleh Ibnu Hibban dan Al-Hakim]

[Fatawal Mar’ah, hal.62 oleh Syaikh Ibnu Baz]
[Disalin dari. Kitab Al-Fatawa Asy-Syar’iyyah Fi Al-Masa’il Al-Ashriyyah Min Fatawa Ulama Al-Balad Al-Haram, Penyusun Khalid Al-Juraisy, Edisi Indonesia Fatwa-Fatwa Terkini, Penerjemah Musthofa Aini dkk, Penerbit Darul Haq]

Mau mendukung atau mau menentang poligami boleh-boleh saja. Saya pun tidak memaksa pendapat saya ini benar 100%, karena kebenaran sebenarnya hanya dari mana kita memandang. Ketika di atas saya sebutkan saya lebih menggunakan sudut pandang dari rumah saya yaitu orang tua saya (ibu saya), maka saya pun memililih untuk menolak poligami. Namun mungkin ada di antara saudara-saudara muslim yang memang memiliki perspektif lain soal poligami. Semoga tidak menjadi benih-benih kebencian di antara kita sesama saudara muslim.

Wallahu A’lam Bishawab

Yos Beda – 11/8/2012

Berita Terkait.

64 Komentar

  1. Muflich Kamil
    12 Agustus 2012 @08:10:20

    Haha.. yang pasti kalo bisa dihindari.. tapi kalo bisa adil ya ga apa sih.. asal istri yang nomer berapa tetep fun aja 😀

    Reply

    • Yos Beda
      12 Agustus 2012 @08:28:30

      Saya sendiri akan sekuat tenaga menghindari poligami ketika berkeluarga kelak

      Reply

  2. LJ
    12 Agustus 2012 @14:42:21

    wah, Yos.. Bundo baru tau nih Dik Dowank berpoligami. Selamat aja buat yang bisa melakukannya dengan aman tentram.. 🙂

    Reply

    • Yos Beda
      13 Agustus 2012 @10:09:44

      saya waktu pertama kali dengar di doank poligami juga kaget kok bun 🙁

      Reply

  3. Faisal Rachmadin
    13 Agustus 2012 @05:34:25

    Saya pribadi menghindari poligami mas. Bukannya membenci atau apa, saya merasa gak akan mampu berbuat adil. Selain itu, dengan gak berpoligami, jadi lebih menghargai perasaan istri. Berpoligami kan membagi perasaan, nah wanita mana sih yang rela berbagi perasaan dengan wanita yang lain, walopun (setau saya) ganjaran bagi wanita yang ikhlas di poligami suaminya adalah surga.

    Reply

    • Yos Beda
      13 Agustus 2012 @10:08:58

      sudut pandang anda terhadap poligami mirip sekali dengan saya mas,
      saya juga ngga benci poligami kok, karena memang bukan hukumnya yang salah,
      hanya pribadi2 yang menjalankan poligami yang saya rasa sampai detik ini tak ada yang mampu, kecuali Rasululloh

      Reply

  4. Bunda Tina
    13 Agustus 2012 @07:58:41

    I said No for Poligami…
    titik!!!..
    hee…heee…hee….

    Reply

  5. Aming
    13 Agustus 2012 @08:00:11

    waduhhh….1 saja keteteran apa lagi punya 2 istri…
    beraaattt….

    Reply

    • Yos Beda
      13 Agustus 2012 @10:03:46

      waini, simpel tapi #jleb :p

      Reply

  6. ndaroini
    13 Agustus 2012 @08:12:32

    nikahilah 2,3 atau 4, asal kmu bisa adil.
    nah, adil disini adalah sebuah kata sifat yang pasti setiap orang berbeda penafsirannya. tapi menurut saya, selama masing masing pihak pelaku poligami itu mau dan mampu menerima, berarti itu sudah adil, karena apapun yg diperbuat oleh si lelaki, pasti akan adasaja yg bilang dia tidak adil.

    Reply

    • Yos Beda
      13 Agustus 2012 @10:03:27

      yup betul sekali, setiap orang mempunyai suatu penafsiran sendiri,
      apalgi 3 pribadi yang minimal terlibat dalam poligami (suami, istri 1, istri 2), pasti juga ada perbedaan penafsiran,
      dan akan sangat baik menurut saya memiliki satu istri saja,
      dari pada bertengkar hanya karena perbedaan penafsiran 🙂

      Reply

  7. Yusron Krista
    13 Agustus 2012 @11:36:16

    Adil disini menurut saya adil dalam urusan nafkah dan batin . Selama orang itu memperlakukan kedua istrinya dengan ‘sama’ dan tidak berat sebelah, itu namanya adil .
    Saya yang masih sekolah, punya pacar dua saja saya tidak mau . Terlebih lagi kalau istri dua :))

    Reply

  8. Zizy Damanik
    13 Agustus 2012 @13:02:30

    Maaf saja kalau saya bilang, seringkali nafsu menjadi dasar utama ketika pria memutuskan berpoligami. Benarkah bisa adil, sama rata sama rasa? Nabi saja susah apalagi manusia biasa. Tapi mereka yg berpoligami hrs siap dgn segala resikonya.
    Kalau saya, jelas menentang poligami. Pengalaman dr yg sering saya lihat, belum ada wanita yg benar2 kuat poligami. Mulut bisa bilang iya tapi dalamnya hati siapa yang tahu?
    Buatku, tak perlu menahan-nahan bila pasangan mau kawin lagi. Silahkan, tapi cukup 1. Kalau sudah ada keinginan itu, berarti si pasangan sudah berpaling, begitu bukan? Untuk apa ditahan-tahan? Lepaskan saja :). Ikhlaskan.

    Reply

  9. Triunt
    13 Agustus 2012 @13:24:29

    Iya pak Ustadz, Jazakallah khairan katsira atas tausyiahnya yagg supeeerr benmanfaat.
    Udah tarawih berapa kali Yos? 😀

    Reply

  10. bunga
    14 Agustus 2012 @00:22:21

    Poligimi boleh tapi harus adil..kalo nggak adil jgn coba2 berpoligami

    Reply

    • Denggol
      11 Oktober 2012 @22:15:29

      betul, kata kuncinya harus adil.
      citra poligami hancur gara2 pelaku poligaminya itu sendiri

      Reply

Tinggalkan Balasan