Membunuh Waktu, Sebuah Lagu Sederhana yang Saya Tulis untuk Ibu

Oleh: - 22 Desember 2014  |

Instagram

saya dan ibu saya
saya dan ibu saya (dok. pribadi)

Dalam satu-dua tahun belakangan ini saya terlarut merenungi diri saya sendiri. Merenung tentang apa yang telah saya capai, merenung tentang apa yang telah saya dapatkan hingga usia yang boleh dibilang tak muda lagi. Dalam perenungan itu, kadang saya bersuka cita karena mendapatkan sesuatu yang telah diimpikan sejak kecil dulu. Namun kadang juga bersedih lantaran apa yang telah saya targetkan sejak belasan tahun silam tak kunjung terwujud. Bahkan saya sempat durhaka kepada dunia, karena berpikir bahwa hidup ini tak adil.

Di tengah kesibukan berdebat dengan diri saya sendiri perihal adil tidaknya dunia ini, saya terlupa bahwa ada yang lebih penting dari itu semua. Bahwa setiap manusia dilahirkan “sekarat” dalam cengkraman waktu yang semakin erat, termasuk ibu saya, orang paling penting dalam hidup saya. Saya sedih melihat waktu berjalan di sisi ibu karena ia tak pernah berkompromi kepada siapa saja yang ada dalam jeratannya. Dengan mudahnya waktu akan mengubah orang menjadi tua, saya seakan tidak ikhlas melihat ibu bertambah tua dalam beberapa hari ke depan, bulan ke depan, atau tahun ke depan.

Bagaimana saya baru menyadari hal itu, kemana saja saya selama ini! Saya terlalu naif, melihat ibu selamanya akan seperti itu, ibu yang selalu penuh semangat dalam mendidik anaknya, ibu yang tak kenal lelah bekerja demi anak-anaknya. Sebagai orang yang mengaku anggota sekte pemuja ibu garis keras, saya malu lantaran baru sadar bahwa seiring saya bertambah dewasa, ibu pun bertambah tua. Saya malah sibuk memikirkan apa yang sudah saya raih, lupa tentang apa yang sudah saya siapkan untuk ibu menghadapi sang waktu yang mendekapnya.

Jarum jam terus berdetak, seperti menegaskan bahwa tak ada yang abadi di dunia ini. Bila saya bisa memahami betul hal tersebut, harusnya saya tak sedih lagi. Tapi apa daya, mungkin saya adalah makhluk yang tak pandai bersyukur. Beberapa tahun lalu, saya berdoa agar ibu selalu diberikan kesehatan, doa itu saya yakini dikabulkan. Namun sekarang, saya malah minta ibu diberikan usia yang panjang hingga 1000 tahun lagi. Bahkan dalam hati berusaha menantang waktu yang bersama ibu, berusaha membunuhnya bila saja bisa.

Saya pun coba merenung lebih dalam hingga sampai pada kesimpulan yang setidaknya bisa membuat saya merasa lebih tenang dan nyaman. Saya mulai tersadar bahwa setiap detik itu berarti! setiap menit itu berharga. Setiap jam-jam yang saya lalui bisa saya isi dengan sikap atau tindakan positif yang membuat ibu saya bahagia dalam hidupnya. Tak perlu lagi merasa khawatir berlebihan menyambut hari tua pada wanita hebat yang telah melahirkan saya.

Baca juga:

Saya tak perlu berangan-angan membunuh waktu sehingga ibu bisa berdiri 1000 tahun lagi. Iya, itu tidak perlu! Waktu boleh saja membawa ibu pergi pada 20,30 atau,40 tahun lagi. Namun satu yang tak akan bisa direnggut oleh sang waktu, yaitu kasih dan cinta Ibu. Kasih Ibu itu abadi, cinta ibu lah yang telah membuat dunia ini begitu hangat. Keinginan saya untuk melihat ibu berdiri 1000 tahun lagi rasanya bukan sekadar mimpi, ibu akan abadi berdiri dalam bentuk kasih dan cintanya yang hangat.

Hal lain yang tak kalah penting, telah banyak saya dapati orang-orang hebat yang tetap bisa menikmati dan mensyukuri hidupnya meski waktu telah mengambil ibunya. Sial! mereka rupanya telah mendahului saya dalam memahami kasih dan cinta ibu yang abadi. Doa ibu akan selalu menyertai kalian wahai anak-anak yang dikasihi dan dicintai ibunya!  Selamat hari Ibu!

Ibu, Aku menulis lagu ini untukmu!

Berita Terkait.

45 Komentar

  1. donna imelda
    23 Desember 2014 @07:59:21

    Bicara soal ibu, selalu bikin meleleh.

    Reply

    • Yos Beda
      23 Desember 2014 @08:44:37

      Pasti itu mbak 🙂

      Reply

  2. jampang
    23 Desember 2014 @08:47:56

    keren-keren

    Reply

  3. eviindrawanto
    23 Desember 2014 @09:47:52

    Ibunya pasti nangis baca tulisan dan mendengar lagu ini, Mas..:)

    Reply

    • Yos Beda
      23 Desember 2014 @10:25:54

      Bisa jadi mbak, walau saya sendiri malu untuk menunjukan tulisan serta lagu ini kepada ibu langsung. Biarlah ibu tetap tak mengetahui saya menulis lagu ini, namun yang pasti dunia tahu bahwa ibu adalah orang yang paling penting dalam hidup saya 🙂

      Reply

  4. Ecky Agassi
    23 Desember 2014 @10:20:04

    direkam di studio atau dimana nih mas?bagus

    Reply

    • Yos Beda
      23 Desember 2014 @10:40:51

      Ini direkam di kamar aja kok mas, makanya di beberapa bagian ada suara burung, ayam, bahkan motor lewat 😀

      Reply

  5. Niar Ningrum
    23 Desember 2014 @14:36:17

    Wuih sekte garis keras cinta ibu, kasih sayang ibu emang bener2 kok yaa bikin cowok segagah om yos bisa menulis iini semua 😀

    Reply

    • Yos Beda
      23 Desember 2014 @16:14:22

      Iya Niar, boleh tampangnya kriminal, tapi kalau bicara soal ibu, mendadak jadi syahduuu, hehehe

      Reply

  6. yusmei
    23 Desember 2014 @14:41:45

    Aahh iya kita mungkin tiddak sadar, semakin lama waktu bersama orang tua semakin berharga,..menit per menit. Detik per detik

    Reply

    • Yos Beda
      23 Desember 2014 @16:13:10

      Iya mbak, seperti itulah 🙂

      Reply

  7. udafanz
    25 Desember 2014 @10:58:36

    Sweet banget bikinin lagu buat ibu. Makin manis kalo nyanyi langsung di depan Ibu 😀

    Reply

    • Yos Beda
      25 Desember 2014 @14:01:34

      Hahahah, kalau nyanyi langsung di depan ibu malah ngga bisa konsentrasi jadinya fals nanti mas, hehehehe 😀

      Reply

  8. arip
    25 Desember 2014 @13:49:15

    Tapi apalah arti punya umur fisik sampai 1000 tahun kalau ga bisa menikmati nikmat usia.
    Selamat harinya buat para ibu, dan semoga saya bisa memberi yg terbaik buat dia yg jadi ibu saya.

    Reply

    • Yos Beda
      25 Desember 2014 @14:01:50

      Iya mas Arip, Selamat hari ibu juga ya 🙂

      Reply

  9. ndop
    27 Desember 2014 @05:52:59

    Aku kok gak nulis dewe tentang hari ibu ya. Haha. Wis ben wis. Wis telat pula. Lagian aku juga masih tinggal serumah sama ibuk. So, bisa kapan saja bersua wehehehe..

    Reply

    • Yos Beda
      27 Desember 2014 @07:03:50

      Sama dengan saya kok mas Ndop, saya juga belum punya rumah sendiri, masing tinggal di rumah orangtua juga 😀

      Reply

  10. Zizy Damanik
    27 Desember 2014 @07:17:48

    Jauh dari orang tua, rasanya rindu… Memang setiap menit setiap detik adalah berharga saat bersama mereka, karena perlahan-lahan orang tua kita menua….. Ah..

    Reply

    • Yos Beda
      27 Desember 2014 @07:38:53

      Iya mbah bener itu, maka dari itu, selagi orang tua masih sehat walafiat, alangkah bijaknya bila kita curahkan perhatian penuh terhadap mereka 🙂

      Reply

Tinggalkan Balasan