“Saya lagi puasa, hormati saya ya, jangan makan di depan saya!” tak asing dengan kalimat barusan? apa yang akan anda jawab jika mendapatkan keluhan semacam itu? Sebagaian orang yang saya amati beberapa hari ini akan menjawab, “puasa jangan manja dong!” “puasa jangan jadikan alasan dong” dan nyinyiran-nyinyiran lain yang jujur membuat saya sedikit prihatin. Saya sendiri melihat masih banyak lho saudara-saudara muslim kita yang masih ‘belajar’ menjalankan ibadah puasa, perlu diketahui tak semua orang bisa langsung bermental baja ketika berpuasa? Termasuk saya sendiri, hehe
Saya melihat ssudara-saudara muslim yang masih belajar berpuasa itu tak ubahnya seperti anak TK atau anak SD, semua butuh proses, kita harus bisa memberikan kompensasi/toleransi tertentu pada saudara-saudara kita yang seperti ini, mungkin ada sebagaian dari anda bertanya, kok udah gede masih disebut belajar puasa? Ya karena ngga semua orang itu mulai memasuki ‘jalan yang lurus’ dan terang secara bersamaan, ada sebagian yang sejak kecil sudah berjalan di ‘jalan yang lurus’ ada pula yang baru ketika menganjak dewasa baru mulai berjalan di jalan yang lurus.
Dari alasan di atas itulah saya termasuk orang yang sangat sepakat ketika banyak warung makan tutup di siang hari dan pemblokiran situs dewasa semakin ketat saat ramadhan. “Ah itu cuma alasan saja, kalau mentalnya bagus dan otaknya ngga ngeres pasti ngga jadi soal”, sering saya mendengar jawaban seperti barusan, mungkin mereka belum faham jika upaya-upaya tersebut adalah untuk memudahkan bagi saudara-saudara kita yang baru belajar? dan juga kita jika harus melihat keberagaman tingkat pendidikan saudara-saudara muslim kita, mental yang bagus biasanya berbanding lurus dengan tingkat pendidikanya.
Baca juga:
Memang benar puasa tak bisa kita jadikan alasan untuk bermalas-malasan atau manja, tapi sebelumnya kita juga harus lihat dan bisa menakar ilmu orang yang mengeluh ketika berpuasa tersebut, seperti saya bilang di paragraf sebelumnya, ngga fair kan kalau kita marah pada anak TK hanya karena ngga bisa menyelesaikian soal perkalian 3 angka. Seseorang yang baru belajar beribadah seperti ibadah puasa biasanya belum bisa menemukan ritme yang pas, seperti halnya sebuah musik, ketika ritme yang dibangun masih berantakan sebuah musik tak akan terdengar indah, malah terdengar kacau.
Sekali lagi saya tegaskan disini saya bukan bermaksud mencari pembenaran atas apa yang biasa dikeluhakn orang ketika sedang berpuasa ya, saya hanya ingin menekankan saja bahwa tak masalah ibadah puasa diindonesia ini seperti sekarang ini yang seakan sperti dipermudah, dengan begitu pasti saudara-saudara muslim kita akan merenung, beribadah dipermudah seperti ini kok masih malas-malasan, bagaimana dengan ibadah saudara muslim dibelahan bumi yang lain yang tak seberuntung kita di Indonesia.
Lu dari tada ceramah melulu yos, puasa lu sendiri bagaimana? lancar? alhamdulillah di hari ke tujuh ini puasa saya lancar-lancar saja, sempat di awal puasa seorang teman agnostik bertanya pada saya, yos puasa buat apa? apa hanya sekedar ikut-ikutan? kemudian saya jawab, ini bukan soal ikut-ikutan, kewajiban, pahala, atau surga-neraka, jikalau dengan duduk bersila saja bisa buat hati dan jiwa saya tenang tentu saya akan melakukanya, namun kenyataan yang berlaku di diri saya puasa lah yang bisa membuat hati dan jiwa saya tenang, dan memang semua itu harus melewati tahap pembelajaran, dan akan sangat bijak jika kita bisa menghargai dan menoleransi orang yang baru belajar.
Yos Beda - 26/7/2014